KESEIMBANGAN HIDUP
Dikisahkan, ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.
Dia pun merasa sangat bersalah tapi dia
tidak tahu harus bagaimana, pikiranya kacau. Dia merasa dalam keadaan dilema
yang besar, memilih keluarganya atau karirnya yang sedang menanjak.
Hingga pada suatu hari, karena ada suatu
urusan pekerjaan, si pemuda mendatangi rumah salah seorang petinggi perusahaan
tempatnya bekerja. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman
yang tertata rapi dan begitu indah yang terpampang didepan rumah.
Dia melihat seorang yang sedang meapikan
taman yang ternyata merupakan si tuan rumah. “Hai anak muda, Masuklah dan
tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan,” seru
tuan rumah dengan tersenyum ramah.
Setelah menunggu beberapa menit si bapak
masuk dan si pemuda segera menghampiri dan langsung bertanya, “Maaf, Pak.
Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sendiri sambil tetap
bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?”
Dengan tersenyum, si bapak menjawab ramah,
“Anak muda, taman didepan hanya sebagian kecil dan disamping rumah banyak yang
pastinya belum kamu lihat, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi
rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok air ini. Jangan tumpah
ya. Setelah itu kembalilah kemari”. Si bapak mengambil semangkok air yang
berada di meja dan memberikannya pada si pemuda.
Dengan sedikit heran, namun senang hati,
diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena
mangkok air tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, “Anak muda. Kamu sudah
lihat koleksi batu-batuanku? Melihat kolam ikan? Atau bertemu dengan burung
kesayanganku?”.
Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab,
“Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok air
ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya.”
Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, “Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman.” tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik air di dalam mangkok yang hampir habis.
Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, “Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman.” tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik air di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah
mangkoknya, si pemuda berkata, “Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah
Bapak, airnya tumpah semua”.
“Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari
hari ini? Jika air di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak
olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka airnya tumpah semua. Sama
seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar air tidak
tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk
pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan
memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti
kehidupan kita akan harmonis”.
Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, “Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati”.
Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, “Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati”.
Pembaca yang bijak,
Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan
mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi
seimbang, itulah yang tidak mudah.
Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!
Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar