”MBAH MAN”, Sang Serdadu Buntung yang mengabdikan sisa hidupnya untuk
Pondok Pesantren Burengan-Kediri.
Bpk Ngatemin dan istrinya, rekan Mbah Man. |
Sosok
"Mbah Man" begitu populer dan telah menjadi konsesus sekaligus
identitas warga LDII.
"Mbah Man" telah menjadi pengikat persaudaraan antara warga LDII sekalipun
tidak saling kenal sebelumnya. Di manapun, di seluruh dunia!. Namun siapakah
Mbah Man, yang namanya sangat melegenda itu?
Mbah Man, nama aslinya adalah Sukiman, kelahiran
Magetan 1925. Sejak belia Sukiman telah mengabdikan diri kepada bangsa dan
negara dengan menjadi pejuang gerilya, tentara rakyat sebelum akhirnya pada
tahun 1957 mendapat musibah terkena ranjau ketika berdinas. Pada usia sangat
muda Sukiman harus kehilangan kedua kakinya hingga lutut akibat ranjau darat
yang menimpanya. Selepas pensiun dari dinas militer tahun 1961 Sukiman
mengabdikan seluruh sisa hidupnya ke Sabilillah dan mendapat amal sholih
memimpin dapur Pondok Burengan Kediri (Ponpes Wali Barokah-Kediri), yang hingga
sekarang dikenal dengan dapur Mbah Man.
Seluruh
mubaligh dan mubalighot lulusan Pondok Burengan pasti mengenal Mbah Man karena
mbah Man-lah yang "memberi makan" mereka. Dapur adalah komponen vital
dalam Pondok. Dapur adalah hidupnya Pondok Pesantren. Dengan kondisi cacat
tubuh, Mbah Sukiman bersama tiga rekannya (Alm) H. Sabar, Bpk Ngatemin dan
istrinya Ibu Warsiyem, dengan setia melayani dan menyediakan makan bagi ribuan
santri dan puluhan tamu pondok.
Dengan
segala keterbatasan dan kekurangan saat itu, mereka berempat harus berjuang
menghidupkan tungku dapur mereka untuk terus menghidupi ribuan santri pondok.
Saat ini tidak kurang dari delapan kwintal beras setiap hari dimasak di dapur
Mbah Man dengan tungku raksasa, dalam tong menggunakan sekrop sebagai
pengaduknya.
Pondok Pesantren "Wali Barokah" Kediri |
Suatu pagi di
bulan Agustus 1988, ribuan
santri Pondok Burengan meneteskan air mata mengantar kepergian Mbah Sukiman
menghadap Sang Maha Pencipta. Mbah Sukiman kini telah tiada, namun "Spirit Mbah
Man" tidak ikut mati bahkan terus hidup berkobar menyala sampai hari ini.
Mbah Man adalah sosok manusia beriman, pekerja
keras yang ulet dan sabar. Mbah Man juga simbol kejujuran yang andap asor namun
pemberani. Kerjakanlah segala sesuatu secara "mbah man"-an, artinya
kerjakanlah setiap pekerjaan dengan sungguh-sungguh, penuh kesabaran, secara
jujur dan jangan pernah takut pada manusia karena hanya Allahlah yang pantas
ditakuti.
Jiwa dan
semangat Mbah Man inilah yang menurun pada ribuan santri Pondok LDII dan
menjadi inspirasi bagi jutaan warga LDII di seluruh dunia. Perkembangan Lembaga Dakwah Islam
Indonesia yang mencengangkan banyak orang saat ini, dengan para mubaligh dan
mubalighot sebagai ujung tombak penyebaran ilmu Quran Hadits, tidak terlepas
dari jasa amal sholih dan jiwa perjuangan yang diwariskan oleh 4 orang pahlawan
dapur Pondok Burengan termasuk seorang serdadu buntung bernama "Mbah
Man".
Sumber: ldiibali.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar